Dedi Mulyadi Tegaskan Larangan Study Tour Tetap Berlaku, Prioritaskan Kepentingan Orangtua dan Pendidikan

Hasanah.id – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memastikan tidak akan mencabut larangan kegiatan study tour sekolah meski mendapat tekanan dari para pelaku usaha pariwisata. Pernyataan tersebut disampaikan Dedi menanggapi aksi demonstrasi yang digelar di depan Gedung Sate dan di Jalan Layang Pasupati, Kota Bandung, Senin (21/7).
Menurut Dedi, demonstrasi yang dilakukan sejumlah pekerja sektor pariwisata justru memperkuat pandangannya bahwa kegiatan study tour lebih menyerupai wisata rekreasi ketimbang bagian dari proses pendidikan.
“Demonstrasi kemarin memperlihatkan bahwa study tour lebih cenderung bersifat piknik. Ini terbukti dari siapa yang melakukan aksi: para pelaku jasa kepariwisataan,” ujar Dedi melalui akun Instagram resminya @dedimulyadi71, Selasa (22/7).
Ia menambahkan bahwa kebijakan larangan study tour diambil sebagai bentuk perlindungan terhadap orangtua siswa, agar tidak terbebani biaya tambahan yang tidak berkaitan langsung dengan pendidikan.
“Insya Allah, saya akan tetap berkomitmen menjaga ketenangan para orangtua siswa agar tidak terbebani pengeluaran di luar kebutuhan pendidikan,” tegasnya.
Larangan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 45/PK.03.03/KESRA, khususnya pada poin ketiga yang secara tegas melarang kegiatan study tour di lingkungan sekolah.
Surat edaran itu menuai protes dari berbagai pelaku industri wisata, termasuk sopir bus, pemilik jasa transportasi, hingga pelaku UMKM yang bergantung pada kegiatan rombongan sekolah.
Koordinator Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat (P3JB), Herdi Sudardja, mengatakan larangan study tour berdampak langsung terhadap pendapatan para pekerja di sektor pariwisata.
“Tuntutan kami hanya satu: cabut larangan kegiatan study tour sekolah, termasuk dari sekolah di Jawa Barat ke luar provinsi,” kata Herdi saat aksi di depan Gedung Sate.
Namun Dedi tetap pada pendiriannya. Ia menyatakan bahwa efisiensi dalam pendidikan harus dijaga, termasuk mengurangi kegiatan yang tidak berkontribusi pada pembentukan karakter maupun peningkatan kompetensi siswa.
“Sikap saya berpihak pada rakyat banyak. Pendidikan harus efisien dan terarah. Tidak semua keluarga mampu membiayai perjalanan yang disebut study tour, padahal hanya untuk rekreasi,” ujarnya.
Meski demikian, Dedi menyatakan tetap mendukung pertumbuhan sektor pariwisata, namun menekankan bahwa target pasar industri tersebut seharusnya adalah wisatawan dengan daya beli yang memadai.
“Saya berharap pariwisata tetap tumbuh, tapi ditujukan untuk wisatawan yang memang memiliki kemampuan ekonomi, bukan dari keluarga yang dipaksa berwisata karena alasan study tour,” pungkasnya.