lifestyle

Akun X Kiky Saputri Dihapus Suami, Ungkap Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

Hasanah.id – Komika Kiky Saputri mengungkap alasan dirinya tak lagi aktif di media sosial, khususnya platform X (dulu Twitter). Kiky menyampaikan bahwa akunnya telah dihapus oleh sang suami, Muhammad Khairi, demi menjaga kesehatan mentalnya.

Kiky mengaku sempat sangat aktif di media sosial, terutama dalam membalas komentar dari warganet. Ia menjelaskan bahwa intensitas penggunaan media sosial itu bahkan pernah memicu konflik saat sedang berlibur bersama suami.

“Waktu itu lagi di Jepang, suami minta untuk tidak main ponsel dulu. Tapi saya tetap balas komentar netizen karena merasa harus meluruskan persepsi,” ujar Kiky.

Situasi itu berubah drastis setelah Kiky mengalami keguguran. Ia menyebut saat itu sedang berada di tengah aktivitas padat: syuting film, tampil di panggung komedi, serta terlibat dalam roasting tokoh-tokoh politik di masa kampanye Pemilu.

“Setelah dikuret, hasil lab menunjukkan hormon stres saya tinggi,” ungkap Kiky.

Ia sempat menolak mengakui bahwa dirinya stres, namun dokter menegaskan bahwa stres tersebut bersifat psikis dan tidak selalu disadari.

Melihat kondisi tersebut, sang suami memutuskan untuk menghapus akun X milik Kiky. Keputusan itu, menurut Kiky, membuatnya tersadar bahwa interaksi di media sosial dapat berdampak besar terhadap kondisi emosional.

“Suami saya bilang, ‘Cukup sampai di sini. Kamu sudah kehilangan, masa mau tukar sama hal-hal yang gak penting?’,” tuturnya.

Kiky menambahkan bahwa sebelum akunnya dihapus, ia juga kerap menerima banyak keluhan dari netizen melalui pesan langsung, yang kemudian ia suarakan di media sosial. Namun, setelah keluar dari platform tersebut, ia justru merasa lebih tenang dan menikmati waktu bersama keluarga.

“Setelah akun X dihapus, ternyata hidup jauh lebih damai. Tidak ada huru-hara, hanya fokus dengan kehidupan nyata yang jauh lebih menyenangkan,” kata Kiky.

Komika berusia 31 tahun itu menutup pernyataannya dengan refleksi bahwa opini publik tidak selalu bisa diubah, dan memprioritaskan kebahagiaan pribadi jauh lebih penting daripada terus berusaha menjelaskan diri di ruang digital.