
“Bapak itu tunjangannya kurang lebih Rp 25 juta sebulan. Masa baju saja harus dibeliin negara? Memangnya bapak anak yatim mau lebaran?” ucapnya.
Sebagai bentuk komitmen, Dedi mengaku menjahit sendiri pakaian pelantikannya dan meminta agar dana pengadaan baju dinas dialihkan ke sektor infrastruktur.
Selain pakaian dinas, ia juga menolak pengadaan mobil dinas baru yang biasanya diberikan kepada gubernur yang baru menjabat. Menurutnya, anggaran tersebut lebih baik dialokasikan untuk kepentingan masyarakat, seperti pembangunan jalan dan rumah bagi warga miskin.
“Saya minta ke Pj Gubernur, jangan belikan saya mobil baru. Saya sudah punya mobil yang cukup,” tegasnya.
Ia pun menantang wali kota dan bupati di Jawa Barat untuk mengikuti langkahnya dalam menghemat anggaran, terutama selama masih ada sekolah yang membutuhkan perbaikan.