Para ilmuwan menunjukkan keterkejutan ihwal skala tsunami yang menghancurkan kota Palu di Indonesia pada Jumat (28/9) Seraya mengatakan gempa sebelumnya tidak menimbulkan gelombang yang merusak.
“Kami perkirakan bisa menyebabkan tsunami, tapi tidak sampai sebesar itu,” kata Jason Patton, ahli geofisika yang bekerja di perusahaan konsultan, Temblor, dan mengajar di Humboldt State University di California, Amerika Serikat.
Namun dibubuhkannya, “Ketika peristiwa seperti ini terjadi, kita mungkin menemukan hal-hal yang belum pernah kami amati sebelumnya.”
Gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) yang melanda pada sore hari, berpusat di sepanjang pantai pulau Sulawesi sekitar 80 km sebelah utara Palu. Tak lama setelah itu — dalam 30 menit — gelombang setinggi 5,4 meter terhempas ke darat, meruntuhkan bangunan, menghancurkan kendaraan, dan menewaskan ratusan orang.
Jumlah korban jiwa yang tinggi juga dapat mencerminkan kurangnya sistem canggih yang mendeteksi dan peringatan tsunami, kata ahli tsunami.