NASIONAL

Meski Sawit Diboikot Uni Eropa, Jokowi Tetap Pasarkan B30

Meresmikan percepatan implementasi biodiesel 30 persen (B30). Inilah ikhtiar kita melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil yang pasti akan habis, demikian diungkapkan Presiden RI Joko Widodo saat meresmikan salah satu SPBU di Jakarta.

Seperti diungkapkan dalam akun tweeter resminya, Jokowi menambahkan, Indonesia negara penghasil sawit terbesar di dunia. Penerapan B30 menciptakan permintaan CPO domestik yang sangat besar.

Presiden meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk memacu BBM sejenis dengan kandungan nabati dan solar. Pasalnya, bila BBM biodiesel ditingkatkan maka akan mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia.

BPS mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 masih mengalami defisit sebesar 1,33 miliar dollar AS. Nilai impor pada November 2019 tercatat sebesar 15,34 miliar dollar AS atau naik 3,94 persen secara bulanan. Karena faktor tersebut, Jokowi meminta agar Indonesia tidak lagi mengimpor migas.

“Saya mengingatkan kunci keberhasilan implementasi program B30 maupun nantinya menuju ke B100, apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak? Jangan-jangan masih ada yang suka impor BBM,” katanya dalam peresmian B30 di SPBU MT Haryono, Jakarta, Senin (23/12/2019).

Ada tiga alasan, menurut dia, BBM biodiesel harus segera diimplementasikan, yakni mengupas sumber energi baru terbarukan, mengurangi ketergantungan impor migas, serta meningkatkan cadangan devisa negara.

“Alasan pertama, mencari sumber-sumber energi baru terbarukan. Kita harus melepaskan diri dari ketergantungan energi fosil dan kita sadar suatu saat pasti akan habis. Pengembangan energi baru terbarukan juga membuktikan komitmen kita untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan emisi gas karbon untuk meningkatkan kualitas lingkungan,” tuturnya.

Indonesia sendiri memiliki sumber daya alam (SDA) yang bisa diolah tanpa harus diekspor ke negara lain.

Salah satunya bahan minyak sawit mentah yang kini dicekal oleh Uni Eropa sekaligus mereka mengadukan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

“Selain itu, program B30 nantinya masuk ke B40 ke B50 dan nanti ke B100, akan tidak mudah untuk ditekan-tekan lagi oleh negara mana pun. Terutama melalui kampanye negatif terhadap ekspor CPO kita, karena kita memiliki pasar dalam negeri yang sangat besar,” ucapnya.

1 2Next page