Selain itu, permintaan besar dari bank-bank sentral juga memberikan dorongan positif bagi harga logam mulia. Bank sentral telah menjadi pembeli emas selama hampir 15 tahun terakhir, menekankan peran emas sebagai lindung nilai dari krisis dan aset cadangan yang dapat diandalkan. Data dari World Gold Council memproyeksikan bahwa tren pembelian ini akan terus berlanjut, mendukung harga emas hingga tahun 2025.
Meskipun permintaan emas didukung oleh faktor geopolitik dan arus safe haven, kebijakan ekonomi AS yang kuat dapat membatasi kenaikan logam mulia ini. Salah satu faktor utama adalah rencana tarif dari Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang diperkirakan akan memicu inflasi lebih lanjut dan menunda pelonggaran kebijakan Federal Reserve (The Fed).
“Ekonomi AS yang kuat akan mendukung penguatan dolar AS, yang pada akhirnya dapat menekan harga komoditas berbasis dolar, termasuk emas,” ujar Carsten Menke, analis dari Julius Baer. “Dengan ekspektasi ekonomi yang lebih kuat, ruang untuk penurunan suku bunga semakin kecil, sehingga mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven,” tambahnya.