Pinkan Mambo Klarifikasi Soal Tarif Rp10 Juta untuk Review Donat: “Ada Kesalahpahaman”

Hasanah.id – Penyanyi Pinkan Mambo angkat bicara terkait polemik tarif Rp10 juta yang dikenakan kepada kreator konten yang ingin me-review donat miliknya. Mantan vokalis grup musik Ratu itu mengklaim telah terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan pihak konten kreator.
“Kalau mau review dan bilangnya ke toko, itu artinya minta toko kami untuk direview. Jadi, ada biaya tambahan. Itu beda konteksnya dengan beli donat biasa,” kata Pinkan, Jumat (25/7).
Pinkan menjelaskan bahwa pihak konten kreator sebelumnya menyatakan ingin membeli donat untuk keperluan konten, namun meminta agar pesanan diprioritaskan karena akan digunakan untuk review. Hal tersebut, menurutnya, menjadi alasan munculnya tarif berbeda.
“Aku juga sempat bingung jawabnya, karena pembahasannya berubah-ubah. Aku tegaskan, harga untuk review beda dengan harga jual biasa,” jelasnya.
Kontroversi bermula saat konten kreator sekaligus pemilik brand Bittersweet by Najla, Ala, mengungkap pengalamannya memesan donat buatan Pinkan Mambo. Dalam unggahannya, Ala menyebut dirinya ditagih Rp10 juta setelah menyampaikan bahwa donat tersebut akan digunakan untuk membuat konten review.
Ala menuturkan, timnya sempat meminta donat dikirim lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. Namun permintaan itu ditolak dan justru dikenakan tarif lebih tinggi.
“Aku cuma mau beli donatnya, donatnya saja yang mau aku review. Tapi admin tetap bilang, ‘enggak bisa, review beda harganya,’” kata Ala.
Ia juga menyebut bahwa respons dari tim Pinkan terdengar tidak kooperatif.
“Aku dibilang ribet dan malah dijawab, ‘maaf ya Kak, enggak bisa’,” ujarnya.
Donat buatan Pinkan Mambo menjadi perbincangan di media sosial dalam beberapa hari terakhir, terutama setelah mendapatkan ulasan negatif dari sejumlah food vlogger. Donat tersebut dijual seharga Rp200 ribu per kotak berisi 12 buah dan hanya tersedia berdasarkan sistem pre-order.
Sejumlah warganet menilai harga donat tersebut tidak sebanding dengan rasa dan kemasan yang ditawarkan. Kondisi ini memicu perdebatan yang berujung pada ramainya sorotan terhadap kebijakan tarif review dari Pinkan.