HASANAH.ID, NASIONAL – Rencana pemerintah Indonesia untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Amerika Serikat dalam upaya menegosiasikan tarif timbal balik sebesar 32 persen menuai sorotan. Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, mengkritik langkah tersebut mengingat posisi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat sudah kosong hampir dua tahun.
“Jadi ada kekosongan representasi Indonesia di AS. Ini menunjukkan bahwa pemerintah seperti mengabaikan pentingnya hubungan strategis dengan AS,” ujar Andry saat dihubungi, Jumat, (4/4/2025).
Kekosongan posisi Duta Besar ini terjadi sejak Rosan Roeslani mengakhiri masa tugasnya pada (17/7/2023). Rosan mundur dari jabatan tersebut setelah ditunjuk menjadi Wakil Menteri BUMN oleh Presiden Joko Widodo.
Andry menilai absennya Duta Besar di Washington DC menjadi kendala dalam memperkuat hubungan dagang, terutama di tengah upaya negosiasi soal tarif impor yang kini diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat.