Karim menuturkan jembatan alternaif yang telah dibangun sejak satu tahun empat bulan tersebut sebelumnya merupakan lokasi lewatnya perahu. Lantas dibuat jembatan dari usaha perorangan.
“Dikasih tarif lewat sini. Tapi juga seikhlasnya dan pengertiannya saja karena jalan alternatif,” katanya.
Lain halnya, menurut seorang pejalan kaki warga Seketando, Siti Zulaeha (25) bersama dua anaknya mengaku baru kali pertama menyeberang dengan berjalan kaki. Biasanya menggunakan sepeda motor.
“Ngerasa takut, soalnya getar pas lewat. Apalagi bawa anak takut jatuh. Sementara enggak ada pilihan lain. Kalau mutar jadi jauh. Lebih enak dan cepat lewat sini ke Babakan Jalur,” ujarnya.