
Irvan menjelaskan, MHS dipukul di bagian leher dekat kepalanya sehingga ia terjatuh dan terbentur bantaran rel kereta api yang tingginya hampir dua meter.
“Bagian kepala MHS pecah akibat benturan tersebut,” tambahnya.
Setelah itu, MHS yang hendak bangkit kembali malah mengalami penganiayaan serupa hingga tidak sadarkan diri.
“Setelah naik lagi ke atas, kembali lagi dugaan penyiksaan itu dilakukan, hingga akhirnya MHS tidak sadarkan diri dan ditinggalkan begitu saja,” lanjut Irvan.
Melihat kejadian tersebut, teman-teman MHS langsung membawanya ke tempat urut. Awalnya, MHS enggan mengungkapkan kejadian sebenarnya, namun akhirnya ia bercerita kepada tukang urut bahwa dirinya bukan terjatuh, melainkan dipukul tentara.
“Akhirnya dia mengatakan kepada tukang urut, ‘tolong jangan bilang Mamak. Aku tadi lihat tawuran, terus aku dipukul tentara’,” ungkap Irvan menirukan ucapan MHS.
Setelah mendengar cerita MHS, tukang urut tersebut langsung membawanya ke rumah sakit. Sayangnya, meskipun telah mendapatkan perawatan intensif, nyawa MHS tidak bisa diselamatkan.







