“Kalau untuk bahan bakar, perlu ditingkatkan spesifikasinya agar sesuai standar fuel grade. Saat ini hanya ada tiga industri dengan kapasitas produksi sekitar 60 ribu kiloliter,” jelas Eniya.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan roadmap yang telah disusun sebelumnya, seharusnya pada tahun 2025 penggunaan bioetanol sebagai campuran bahan bakar sudah mencapai 20 persen. Namun, target tersebut belum tercapai karena terkendala berbagai masalah, termasuk kebijakan cukai dan kesiapan regulasi.
“Targetnya sebenarnya sudah harus 20 persen tahun ini. Tapi belum ada yang mengejar karena masih terganjal isu negara dan kebijakan cukai. Sekarang sedang kami kaji skenario yang memungkinkan di sektor regulasi,” tutupnya.
