Minimnya Representasi Perempuan dalam Pemerintahan
Dalam aspek politik, Ainul juga mengkritik belum tercapainya keterwakilan perempuan sebesar 30 persen dalam pemerintahan.
“Janji kesetaraan gender dalam politik belum terealisasi. Keputusan-keputusan penting masih didominasi oleh laki-laki, sementara suara perempuan sering kali diabaikan,” tegas Ainul.
Selain itu, Ainul menyoroti budaya patriarki yang masih melanggengkan ketidakadilan terhadap perempuan di berbagai sektor.
“Perempuan sering kali hanya dijadikan simbol dalam kampanye, tetapi kebijakan nyata untuk melindungi hak-hak perempuan masih minim,” tambahnya.
Mahasiswa juga menuntut perlindungan lebih kuat terhadap perempuan di lingkungan pendidikan. Kasus kekerasan seksual di kampus yang terus meningkat menunjukkan lemahnya sistem perlindungan bagi mahasiswa perempuan.
“RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual memang sudah disahkan, tetapi implementasinya masih jauh dari harapan. Kampus seharusnya menjadi ruang aman bagi perempuan, bukan justru tempat terjadinya kekerasan,” pungkas Ainul.***