HUKUM & KRIMINAL

Tragedi Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Luka Fisik dan Luka Batin di Balik Aksi Siswa Sendiri

Hasanah.id – Sedikit demi sedikit, tabir di balik peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta mulai tersingkap. Pelaku yang kini berstatus sebagai anak berhadapan dengan hukum ternyata merupakan siswa aktif di sekolah tersebut.

Dari hasil penyelidikan awal, diketahui pelaku bertindak seorang diri. Meski bom rakitannya tergolong berdaya ledak rendah, dampaknya cukup besar. Puluhan siswa terluka, beberapa di antaranya mengalami luka serius akibat empat ledakan yang terjadi pada Jumat (7/11/2025).

Hingga kini, pelaku masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih setelah turut menjadi korban serpihan ledakan yang ia buat sendiri. Karena kondisi kesehatannya, polisi belum dapat melakukan pemeriksaan mendalam.

PPID Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa dari penyelidikan awal, aksi tersebut didorong oleh rasa dendam dan perasaan tertekan yang telah lama dipendam.

“Pelaku merasa tertindas, kesepian, dan tidak tahu harus bercerita kepada siapa. Faktor itu diduga menjadi pemicu utama,” ujarnya dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya.

Isu bahwa pelaku kerap menjadi korban perundungan pun mencuat. Beberapa siswa menyebut pelaku sering diasingkan oleh teman-temannya dan jarang berinteraksi.

“Katanya dia memang sering dibully, jadi mungkin ingin balas dendam,” tutur S, salah satu siswa kelas XI SMAN 72 Jakarta.

Meski demikian, pihak kepolisian belum mau menarik kesimpulan. Penyelidikan masih terus dilakukan, termasuk dengan meminta keterangan guru, teman sekelas, serta melibatkan para ahli psikologi dan kriminologi.

“Kami masih melakukan pendalaman agar semua fakta bisa terungkap dengan jelas,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto.

Dari keterangan tambahan yang diperoleh, diketahui pelaku hidup hanya bersama ayahnya. Sang ibu bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI). Kondisi keluarga yang tidak lengkap dan perasaan terisolasi diyakini memperburuk kondisi psikologisnya.

“Pelaku merasa sendiri, tidak punya tempat untuk berbagi cerita. Faktor ini yang kami duga kuat menjadi latar belakang emosionalnya,” ungkap Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Iman Imanuddin.

Polisi juga menemukan fakta lain: pelaku sering mengakses situs-situs gelap (dark web) dan menonton video aksi teror dari berbagai negara. Dalam beberapa kasus, ia bahkan mengagumi para pelaku kekerasan tersebut sebagai sosok yang “berani”.

Sementara itu, data terakhir per Rabu (12/11/2025) mencatat sebanyak 68 korban luka telah dipulangkan, sementara 28 orang lainnya masih menjalani perawatan. Dari jumlah itu, 13 korban dirawat di RSIJ Cempaka Putih, 14 di RS Yarsi, dan satu di RS Polri.

“Seluruh korban di Rumah Sakit Pertamina, Balai Kesehatan Lantamal, dan Puskesmas Kelapa Gading sudah dipulangkan,” kata Kombes Asep.