“Kalau di nasional itu 71-72 persen, di Jawa Tengah bisa 76-80 persen. Tingkat elektabilitas survei tidak pernah di bawah 70 persen, paling kecil 68 persen di seluruh lembaga survei,” jelasnya.
Kondisi tersebut, lanjut Bima, diketahui oleh kubu Prabowo-Sandi. Sehingga ditanggapi dengan respon yang atraktif. Yakni dengan rencana memindahkan posko pemenangan ke Jawa Tengah.
“Menurut saya, pemindahan posko itu akibat dari tingginya kekuatan Pak Jokowi di Jawa Tengah. Dari situlah rasanya masuk akal kalau kubu pak Prabowo-Sandi memindahkan posko di sini, sebagai sesuatu akibat analisis Jawa Tengah yang demikian sulit untuk di Gerus,” ujarnya.
Bima juga menegaskan bahwa Jawa Tengah masih menjadi basis massa PDIP atau ‘kandang banteng’. Menurutnya, branding sebagai partai rakyat sejati dan partainya wong cilik itu sudah melekat di PDIP dengan patern atau pola dukungan yang relatif permanen.
“Pola dukungan seperti itu akan kita aplikasikan pada saat kampanye. Saya yakin PDIP dan partai koalisi dengan persebaran dukungan yang relatif merata, akan menghasilkan suara maksimal bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.Jokowi-Ma’ruf Amin akan menang mutlak di Jawa Tengah,” tutupnya. merdeka.com