Rupiah Berpotensi Tertekan Akibat Sentimen Negatif Pasar

Hasanah.id – Nilai tukar rupiah mencatatkan penguatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat pada awal perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah naik sekitar 0,1 persen ke posisi Rp16.566 per dolar AS.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Senin sebelumnya, mata uang Garuda melemah 0,12 persen ke level Rp16.583 per dolar AS. Para analis memproyeksikan tekanan terhadap rupiah masih akan berlanjut dalam waktu dekat.
“Rupiah berpotensi melemah ke kisaran Rp16.600 per dolar AS,” ujar Fikri C. Permana, analis pasar uang, pada Selasa (7/10/2025).
Ia menilai ada sejumlah faktor eksternal maupun domestik yang membebani pergerakan nilai tukar.
Fikri menjelaskan bahwa dari sisi global, pelaku pasar masih dibayangi kekhawatiran atas potensi berlanjutnya penutupan pemerintahan AS (government shutdown), serta meningkatnya tekanan fiskal di beberapa negara, termasuk Jepang. Aksi jual di bursa saham global juga turut memperburuk sentimen.
Dari dalam negeri, hari ini pemerintah menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN). Nilai penawaran yang masuk diharapkan tetap tinggi, diperkirakan menyentuh angka Rp100 triliun.
Senada dengan Fikri, analis pasar uang Lukman Leong juga memperkirakan rupiah akan cenderung melemah terhadap dolar AS.
“Penguatan dolar terjadi usai munculnya pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve,” ungkapnya.
Pernyataan tersebut datang dari Jeff Schmid, yang menyebut bahwa suku bunga saat ini sudah berada di level optimal, sehingga belum diperlukan pemangkasan lebih lanjut.
Menurut Lukman, pergerakan rupiah kemungkinan akan terbatas di kisaran Rp16.550 hingga Rp16.650 per dolar AS. Di sisi lain, pelaku pasar turut menanti data cadangan devisa Indonesia yang diprediksi meningkat menjadi USD159 miliar.