POLITIK

Sekjen PDIP Sentil Prabowo-Sandi soal Makam, Harga dan Boyolali

“Itulah Pak Jokowi. Berbeda dengan yang di sana, mau menunjukkan seolah punya kepedulian terhadap keluarga besar Nahdliyin, melakukan tradisi bangsa Indonesia yang baik dengan datang ke makam pendiri NU, tapi karena tidak berkebudayaan Indonesia, bukannya datang ke makam itu menghormati dan mendoakan, tetapi justru melangkahi makam tersebut,” jelas Hasto.

Dia juga memberi contoh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang tidak berbicara soal kekuasaan dalam berpolitik. Tapi mengupayakan yang terbaik, bukan hanya untuk manusianya, tapi lingkungan di sekitar.

“Karena sosok Ibu Megawati yang memerhatikan lingkungan. Politik itu berbicara laut yang bersih, sungai-sungai yang bersih. Misalnya sungai Citarum, sungai Musi adalah peradaban Indonesia. Bagaimana kita membumikan politik dalam keseharian,” ucapnya.

Dari situ, Hasto meminta para kader dan caleg tidak lelahnya untuk turun menyapa warga demi memenangkan Pileg dan Pilpres. Lagi-lagi Hasto kembali menyindir lawan politiknya.

“Kalau di pihak sana, menjadi pemimpin direduksi hanya ukuran harga. Ini Pak Sandi kok pintar sekali menafsirkan harga. Pemimpin itu memerlukan tanggung jawab, menjadi pemimpin itu memerlukan kesadaran terhadap kebudayaan kita. Menjadi pemimpin itu tidak boleh mencela, merendahkan rakyat sendiri dengan mengatakan wajahmu Boyolali sehingga kamu tidak pantas berada di tempat ini. Menjadi pemimpin itu tidak boleh menghina profesi tukang ojek, menjadi pemimpin itu harus menggelorakan martabat dan kehormatan rakyat apapun profesinya,” ucapnya. Liputan6.com

Previous page 1 2
Back to top button