Setiap tahun, narasi mengenai krisis ekonomi yang mengancam Indonesia terus bergulir. Prediksi-prediksi ini, yang tidak hanya berlaku untuk Indonesia tetapi juga dunia, memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat. Ketakutan terbesar? Terjerumus ke dalam kemiskinan. Dengan pergeseran ekonomi global, sebagian ahli ekonomi bahkan memperkirakan terhapusnya kelas menengah, meninggalkan dualitas tajam antara kelas atas dan kelas bawah. Namun, seperti yang diungkapkan beberapa ekonom, jika banyak orang miskin baru tercipta, di sisi lain, pasti ada juga orang kaya baru.
Tonny Adikarjo, seorang konsultan IPO dan Certified Financial Planner, menyoroti pentingnya masyarakat untuk mempersiapkan diri secara strategis menghadapi ketidakpastian ekonomi. “Krisis ekonomi seringkali menjadi peluang tersembunyi. Mereka yang dapat beradaptasi dengan perubahan dan berinvestasi pada aset berjangka panjang seperti reputasi akan memiliki keunggulan kompetitif,” katanya.
Mengapa Reputasi Jadi Kunci Bertahan?
Dalam kondisi resesi, masyarakat cenderung menghindari risiko dan memilih produk atau layanan yang sudah mereka kenal dan percayai. Andrea Wiwandhana, pendiri CLAV Digital, menekankan pentingnya reputasi sebagai salah satu aset tak berwujud yang paling berharga. “Reputasi itu seperti mata uang. Semakin baik Anda mengelolanya, semakin tinggi nilainya. Dalam krisis, reputasi yang baik akan membuat pelanggan tetap setia, bahkan ketika kompetitor menawarkan harga yang lebih rendah,” jelas Andrea.