Tren busana batik di Indonesia makin menggeliat. Berbagai daerah pun mencoba berkreasi dengan menciptakan batik khas sesuai karakter wilayah masing-masing, tak terkecuali dengan Trenggalek.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Trenggalek, Mohammad Siswanto, mengatakan Trenggalek saat ini memiliki dua batik unggulan, yaitu Batik Terang Galih dan Batik Arumi.
Batik Terang Galih memiliki kekhasan pada motif buah dan aneka hasil bumi Trenggalek seperti manggis dan cengkeh, sedangkan Batik Arumi lebih menonjolkan pada gambar kesenian Turangga Yaksa.
Dengan communal branding tersebut, semua pengrajin bisa menggunakan corak secara bersama-sama. Namun untuk menambah daya tarik, para pengrajin diperbolehkan melakukan kreasi pada karya batik masing-masing.
Diakui Siswanto, proses menggairahkan batik khas Trenggalek sendiri membutuhkan perjuangan. Pemerintah berusaha menggenjotnya dengan melakukan serangkaian pelatihan hingga membantu proses promosi dan pemasaran.
Disebutkan Siswanto, di Trenggalek saat ini terdapat seratusan pengrajin yang berkecimpung dalam dunia batik, namun produsen batiknya baru mencapai 10 unit usaha saja. Penyebabnya, proses regenerasi dalam usaha kerajinan batik ini juga dinilai masih cukup sulit.
“Terutama yang muda itu sangat sulit. Ditambah dengan modal yang tidak sedikit,” ujarnya.
Promosi batik Trenggalek sendiri dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mengikuti pameran di berbagai kota serta bekerjasama dengan ritel modern. Selain itu, kepala daerah juga ikut berperan aktif dalam mempromosikan batik khas Trenggalek.
“Dalam beberapa acara penting di dalam negeri maupun luar negeri, Pak Bupati sering membawa batik Trenggalek sebagai buah tangan,” jelasnya.
Pemerintah setempat juga mendirikan Galeri Gemilang, sebuah swalayan yang berisi aneka produk unggulan lokal, mulai dari makanan, kerajinan hingga batik. Dengan Galeri Gemilang tersebut, wisatawan maupun orang yang mencari batik Trenggalek akan lebih mudah, tanpa harus berkeliling langsung ke rumah pengrajin.
“Bahkan kami juga akan mengembangkan galeri serupa di wilayah Kecamatan Panggul, karena di pesisir selatan tersebut merupakan salah satu destinasi wisata,” ungkap Siswanto.
Bahkan demi menggairahkan batik lokal, pemerintah juga pernah mewajibkan para pelajar untuk menggunakan batik Trenggalek. Namun kebijakan itu tidak bertahan lama karena justru menimbulkan kontroversi.
“Ternyata itu sempat membuat gaduh, karena produsennya hanya sedikit, sehingga muncul dugaan yang bermacam-macam. Akhirnya kami hanya sekedar mengimbau saja, termasuk untuk seragam ASN kami hanya sekedar menyarankan agar pakai batik Trenggalek,” tuturnya. news.detik.com