Raja Charles III Angkat Ratu Camilla Jadi Wakil Laksamana, Perkuat Posisi Jelang Reformasi Monarki

Hasanah.id – Ratu Camilla resmi dianugerahi gelar kehormatan Vice Admiral atau Wakil Laksamana Kehormatan oleh Raja Charles III, dalam upaya memperkuat posisinya di lingkaran inti Kerajaan Inggris. Penunjukan ini dilakukan menjelang ulang tahunnya yang ke-78 dan dinilai sebagai bagian dari strategi penataan internal monarki.
Camilla menjadi perempuan pertama yang menerima jabatan militer kehormatan tinggi tersebut dalam sejarah Kerajaan Inggris. Keputusan ini diumumkan di tengah meningkatnya spekulasi mengenai reformasi besar-besaran yang direncanakan oleh Pangeran William, sebagai pewaris takhta, untuk membentuk monarki yang lebih ramping dan modern.
Penganugerahan gelar ini dilakukan berdasarkan rekomendasi dari First Sea Lord, Sir Gwyn Jenkins. Dalam pernyataannya, Jenkins menyebut penunjukan Ratu Camilla dapat memperkuat hubungan antara keluarga kerajaan dan Angkatan Laut Inggris.
Kunjungan Ratu Camilla ke pangkalan militer HM Naval Base Devonport beberapa waktu lalu pun disebut memberikan dampak positif bagi moral prajurit. Hal ini mempertegas peran aktifnya dalam agenda-agenda kerajaan, terutama yang berkaitan dengan lembaga pertahanan.
Langkah ini melanjutkan kebijakan Raja Charles yang sebelumnya juga telah mengubah gelar resmi sang istri dari Queen Consort menjadi Queen Camilla, menjelang penobatan mereka tahun lalu. Serangkaian langkah ini mengindikasikan bahwa peran Camilla dalam monarki tidak lagi sekadar seremonial, melainkan bersifat struktural dan strategis.
Di sisi lain, penataan peran Ratu Camilla ini terjadi seiring munculnya wacana reformasi monarki oleh Pangeran William. Sang pewaris takhta disebut ingin membentuk kerajaan yang lebih efisien, relevan, dan selaras dengan kehidupan masyarakat modern.
Rencana tersebut mencakup penyederhanaan upacara kenegaraan, efisiensi anggaran publik, hingga perombakan citra kerajaan. William juga dikabarkan ingin meninggalkan kesan mewah berlebihan yang melekat pada institusi monarki, demi fokus pada nilai dan dampak nyata terhadap masyarakat.
“William telah memikirkan masa depan kerajaan selama bertahun-tahun. Ia memahami bahwa perubahan adalah bagian penting dari kelangsungan institusi,” kata Jason Knauf, mantan penasihat William sekaligus CEO Earthshot Prize, dalam wawancara sebelumnya.
Di balik rencana reformasi, hubungan internal keluarga kerajaan terus menjadi sorotan. LHubungan William dan adiknya, Pangeran Harry, masih memburuk. Bahkan, William disebut menentang keras upaya damai yang sempat diupayakan Raja Charles terhadap Harry dan Meghan Markle.
Situasi ini memunculkan pertanyaan baru: apakah struktur kerajaan yang lebih ramping seperti yang diinginkan William akan tetap melibatkan Ratu Camilla dalam peran aktif? Dan apakah reformasi tersebut akan membuka peluang rekonsiliasi dengan Harry, atau justru mempertegas garis pemisah di dalam keluarga kerajaan?







