Menkeu Purbaya Sindir Pertamina Malas Bangun Kilang, Subsidi BBM Membengkak

HASANAH.ID – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengkritik keras PT Pertamina (Persero) yang dianggap tidak serius menambah kapasitas kilang minyak di dalam negeri. Menurutnya, kondisi itu membuat subsidi energi terus membengkak dan ketergantungan pada impor BBM tak kunjung berkurang.
Ia menyampaikan, hambatan pembangunan kilang bukan karena Indonesia tidak mampu mengerjakan proyek tersebut, melainkan lantaran Pertamina dinilai tidak sigap.
“Jadi kilang itu bukan kita enggak bisa bikin atau kita enggak bisa bikin proyeknya, cuman pertaminanya malas-malesan saja,” ujarnya.
Purbaya menjelaskan, lonjakan impor berdampak langsung pada peningkatan beban subsidi energi yang setiap tahun terus meningkat.
“Subsidi energi naik terus dari tahun ke tahun, BBM tuh solar, diesel, kita banyak impornya sampai puluhan miliar dollar setahun,” tegasnya.
Ia juga menilai kondisi tersebut seolah dibiarkan berlangsung lama tanpa solusi konkret, sehingga APBN kerap tersedot untuk menutup biaya subsidi ketika harga impor melonjak.
“Sudah berapa tahun kita mengalami hal tersebut sudah puluhan tahun kan. Kita pernah bangun kilang baru enggak, enggak pernah,” jelasnya.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Purbaya mengingatkan bahwa Pertamina pernah berjanji akan membangun tujuh kilang baru dalam kurun lima tahun sejak 2018. Namun, hingga tujuh tahun berlalu, tak satu pun terealisasi.
“Mereka (Pertamina) akan bangun tujuh kilang baru dalam waktu 5 tahun. sampai sekarang kan enggak ada satu pun, jadi bapak tolong kontrol mereka juga,” kata Purbaya.
Ia mengungkapkan, saat itu sebenarnya ada investor asal China yang bersedia membangun kilang di Indonesia dengan skema kerja sama jangka panjang. Pertamina cukup membeli produk mereka, dan setelah beroperasi 30 tahun, kilang tersebut bisa diambil alih secara cuma-cuma. Tawaran tersebut, menurut Purbaya, ditolak Pertamina dengan alasan sudah memiliki rencana pembangunan sendiri.
“Mereka bilang iya tapi ke depan akan jadi, sampai sekarang enggak jadi. Yang ada malah beberapa dibakar kan,” ucapnya menyinggung insiden kebakaran kilang Pertamina beberapa waktu lalu.
Purbaya meminta DPR agar turut mengawasi dan menekan Pertamina supaya proyek kilang minyak segera dijalankan. Tanpa itu, ketergantungan pada impor akan terus membebani keuangan negara.
“Dari saya kontrol, dari bapak-bapak juga kontrol (Pertamina), karena kita rugi besar. karena kita impor dari mana dari Singapura,” pungkasnya.
Sebagai catatan, APBN 2025 telah mengalokasikan subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp498,8 triliun. Hingga Agustus 2025, realisasi mencapai Rp218 triliun atau 43,7 persen dari pagu. Konsumsi barang bersubsidi juga tercatat meningkat, antara lain BBM 3,5 persen, LPG 3 kg 3,6 persen, pelanggan listrik 3,8 persen, dan pupuk 12,1 persen.