Untuk nomor 4 Edi Rusyandi-Unjang As’ari, Arlan memandang meski didukung Partai Golkar dan PKB latar belakang santri-aktivis ini belum bisa mendobrak popularitas dan elektabilitas paslon. Program unggulan yang disodorkan kepada masyarakat masih terbilang normatif, sehingga tidak memantik kekuatan dari luar koalisi partai.
“Paslon nomor 4 ini mengandalkan kekuatan internal saja, program unggulan juga normatif sehingga tidak bisa mendobrak potensi dukungan dari luar. Sementara paslon lain memiliki modal popularitas seperti artis,”katanya.
Bagi paslon nomor 5 Sundaya-Asep Ilyas, lanjut Arlan, kolaborasi mantan legislatif dan eksekutif ini memunculkan program unggulan yang spesifik memberikan solusi permasalahan di KBB. Namun, dengan berangkat dari independen tanpa gerbong koalisi partai politik dirasa berat untuk menggaet simpati masyarakat.
“Dari program unggulan yang ditawarkan cukup memberi gambaran jelas kepada masyarakat, namun di Pilkada ini partai politik masih menjadi kekuatan inti untuk mendulang suara dengan sudah terkavlingnya konstituen parpol di setiap wilayah, sehingga kecenderungan orang memilih independen sangat sulit,”jelas dia.