
“Kalau melihat dari data kegempaan, bahwa yang kami bandingkan tahun 2019 sebelum terjadinya erupsi itu lebih dulu diawali oleh inflasi yang meningkat seperti ini. Kemudian, dari kegempaan low frequency juga meningkat,” ungkap Heruningtyas.
Heruningtyas menjelaskan lebih lanjut bahwa gempa embusan dan low frequency juga mengalami peningkatan dan diikuti oleh data deformasi yang memberikan tanda bahwa telah terjadi inflasi di gunung api. Ia juga mengatakan bahwa adanya peningkatan aktivitas kali ini paling signifikan sejak 2019 hingga tahun ini.
“Melihat dari data kegempaan, bahwa yang kami bandingkan tahun 2019 sebelum terjadinya erupsi itu lebih dulu diawali oleh inflasi yang meningkat. Kemudian, dari kegempaan low frequency juga meningkat. Gempa embusan dan LF juga meningkat. Dari data deformasi juga terjadi inflasi,” kata Heruningtyas.







