Empat ekor satwa tersebut berasal dari penyerahan masyarakat melalui komunitas Animal Lovers Jayapura dan Rumah Bakau.
Pihak komunitas menyerahkannya kepada BBKSDA Papua pada 12 Oktober 2021. Empat ekor satwa tersebut telah menjalani masa habituasi sekitar dua bulan di Kandang Transit Buper Waena.
Dokter Hewan dari BBKSDA Papua, Widya Bharanita Darmanto, menyatakan empat ekor satwa telah menjalani pemeriksaan PCR bebas flu burung oleh Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura.
Widya juga mengatakan, “Semua satwa dalam kondisi sehat secara fisik, dan sudah memiliki sifat liar. Jadi, sudah siap kembali ke alam.”
Pada kesempatan ini, Rian Chandra mewakili Komunitas Animal Lovers Jayapura menyatakan rasa syukur dapat berpartisipasi dalam menjaga satwa liar yang dilindungi undang-undang.
“Senang juga, karena masyarakat mulai punya kesadaran menyerahkan cenderawasih dalam keadaan hidup kepada pihak berwenang agar dapat dilepasliarkan. Semoga ke depan semakin banyak masyarakat yang memiliki kesadaran serupa, turut menjaga satwa liar endemik Papua supaya semuanya aman di habitat alaminya,” ungkap Chandra.
Daniel Toto selaku pimpinan Dewan Adat Suku Imbi Numbay sekaligus pemilik hak ulayat Hutan Nyei Toro mengimbau kepada masyarakat agar tidak lagi melakukan perburuan terhadap cenderawasih di Cagar Alam Pegunungan Cycloop, bahkan di seluruh tanah Papua, karena cenderawasih adalah satwa yang dilindungi.
Sementara Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, memberikan apresiasi kepada masyarakat dan pihak komunitas yang telah mengambil bagian dalam melakukan pengawasan peredaran satwa liar endemik Papua.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam melakukan pengendalian dan pengawasan peredaran tumbuhan dan satwa liar endemik Papua. Sinergitas seperti ini perlu terus dilakukan dan ditingkatkan. Ke depan, tentu kami berharap tidak ada lagi tindak ilegal terhadap satwa liar endemik Papua.” kata Edward.
Mengakhiri pernyataannya, Edward kembali mengingatkan kita semua tentang kewajiban melindungi satwa liar endemik Papua sebelum menjadi kenangan. Kita jaga alam, alam jaga kita.