![Diah Fitri Maryani dan Disparbud Majalengka](https://hasanah.id/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-07-at-15.16.12-450x338.jpeg)
Kata “Sampyong” sendiri berasal dari bahasa Cina, di mana “Sam” berarti tiga dan “Pyong” berarti pukulan. Awalnya, Sampyong dikenal sebagai seni ketangkasan yang cukup ekstrem, di mana dua pemain akan berduel menggunakan rotan berdiameter 60 cm dan melakukan tiga kali pukulan ke arah lawan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, unsur ketangkasan dalam seni ini mulai berkurang, digantikan dengan aspek estetika dan seni pertunjukan yang lebih menonjol.
Saat ini, seni Sampyong kerap ditampilkan dalam Pakauland, sebuah pagelaran budaya yang diselenggarakan oleh Disparbud Majalengka sebagai salah satu pusat kebudayaan nasional. Kegiatan ini menjadi wadah bagi pelaku seni untuk terus mengenalkan dan mengembangkan budaya lokal kepada generasi muda.
Diah Fitri Maryani yang merupakan Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, menekankan bahwa memperkenalkan dan melestarikan seni Sampyong bukan sekadar bentuk apresiasi terhadap budaya, tetapi juga bagian dari upaya menjaga identitas bangsa.