“Ada aksi ambil untung serta kenaikan imbal hasil obligasi, sehingga emas sulit untuk terus naik di tengah kondisi ini,” ujar Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. Meskipun demikian, Haberkorn optimistis bahwa harga emas dapat mencapai USD 2.800 per ounce pada akhir minggu ini, mengingat tingginya permintaan terhadap aset safe haven.
Di sisi lain, indeks dolar AS menguat 0,3%, mendekati level tertinggi dalam tiga bulan, sehingga membuat emas menjadi kurang menarik bagi investor yang menggunakan mata uang lain. Selain itu, imbal hasil obligasi AS juga mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Menurut Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, faktor pemicu lainnya adalah ketidakpastian pemilu presiden AS yang semakin dekat dan meningkatnya beban utang negara. “AS harus menerbitkan utang senilai miliaran dolar tepat sebelum pemilu di tengah pasar yang cemas,” jelas Hansen.
Menjelang pemilu presiden AS yang hanya tinggal dua minggu lagi, jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan bahwa Wakil Presiden Kamala Harris unggul tipis dengan 46% suara, mengungguli mantan Presiden Donald Trump yang memperoleh 43%.