Tak ketinggalan kopi dari Kabupaten Garut (upaya pengurangan risiko bencana pada daerah Hulu Sungai Cimanuk), Kabupaten Sumedang (upaya pengurangan risiko bencana longsor), Daerah Dieng dan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara (pergerakan tanah dan gempa bumi), Kintamani Kabupaten Bangli (tanah longsor), Bayan Kabupaten Lombok Utara (gempa bumi), Sajang Sembalun Gunung Rinjani Lombok Timur (gempa bumi), dan Kalosi Enrekang (banjir bandang serta kebakaran hutan dan lahan).
Selain kopi, juga dipasarkan produk makanan ringan dari Kabupaten Bangkalan, makanan olahan tepung Mocaf dari Sumedang, olahan coklat dari Lombok, teh kayu sepang dari Sumbawa dan kerajinan kulit kayu dan noken dari Sentani, Papua.
Berbagai jenis kopi arabika, robusta, dan liberika akan digelar selama tiga hari, hingga 25 Agustus 2019 mendatang.
BNPB akan terus mendukung pemasaran produk-produk dari kelompok-kelompok usaha yang terdampak bencana. Setelah Festival Kopi dan Coklat di Bandung, direncanakan dengan tema yang berbeda, festival akan diselenggarakan di Batam, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.