Pemerintah menghadapi tugas yang berat untuk menutupi defisit anggaran negara sebesar 6,34 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini karena telah mengalokasikan Rp 695,2 triliun untuk memperkuat sistem perawatan kesehatan dan untuk mencegah kejatuhan ekonomi yang lebih parah dari pandemi.
Sebagian besar dana untuk menutup defisit akan berasal dari pembiayaan utang, karena pemerintah mengharapkan untuk meningkatkan lebih dari Rp 1,5 kuadriliun dari obligasi tahun ini, sekitar Rp 50 triliun hingga Rp 75 triliun di antaranya berasal dari obligasi ritel.
“Ini adalah kesempatan yang baik untuk mendemokratisasikan dan memperluas pasar hutang kami sehingga pemerintah dapat memiliki sumber pendanaan baru dari investor ritel,” kata CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Pasar investasi melaporkan peningkatan 608 persen dalam penjualan obligasi pemerintah dari seri ORI-017 ke ORI-016, yang dikeluarkan oleh pemerintah tahun lalu, dengan jumlah pembeli melonjak sebesar 382 persen dari tahun lalu.