
Sebagian besar dana untuk menutup defisit akan berasal dari pembiayaan utang, karena pemerintah mengharapkan untuk meningkatkan lebih dari Rp 1,5 kuadriliun dari obligasi tahun ini, sekitar Rp 50 triliun hingga Rp 75 triliun di antaranya berasal dari obligasi ritel.
“Ini adalah kesempatan yang baik untuk mendemokratisasikan dan memperluas pasar hutang kami sehingga pemerintah dapat memiliki sumber pendanaan baru dari investor ritel,” kata CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Pasar investasi melaporkan peningkatan 608 persen dalam penjualan obligasi pemerintah dari seri ORI-017 ke ORI-016, yang dikeluarkan oleh pemerintah tahun lalu, dengan jumlah pembeli melonjak sebesar 382 persen dari tahun lalu.
Pandemi virus corona berdampak pada ekonomi negara itu karena pemerintah memperkirakan pertumbuhan hanya 1 persen tahun ini di bawah skenario baseline, atau kontraksi 0,4 persen di bawah skenario terburuk.
Situasi ini telah memaksa ekonomi terbesar di Asia Tenggara untuk meningkatkan pembelanjaannya pada saat pendapatan turun untuk mengurangi dampak ekonomi dan kesehatan masyarakat dari krisis coronavirus, yang mengakibatkan meningkatnya defisit anggaran negara.