
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas dari 10,5% pada 2007 menjadi 23,4% pada 2023. Salah satu penyumbang terbesar konsumsi gula adalah minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, dua dari tiga orang Indonesia mengonsumsi setidaknya satu MBDK per hari. CISDI menyebutkan bahwa konsumsi rutin MBDK berkaitan dengan meningkatnya risiko penyakit kronis.
Studi meta-analisis global yang dikutip CISDI menyebutkan bahwa mengonsumsi 250 ml MBDK setiap hari dapat:
- Meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 27%
- Menambah risiko obesitas sebesar 12%
- Menyumbang risiko penyakit jantung sebesar 13%
- Meningkatkan kemungkinan kematian dini sebesar 10%
Pembiayaan BPJS Kesehatan terhadap penyakit katastropik terkait obesitas, diabetes, dan hipertensi pun terus membengkak. Dalam lima tahun terakhir, beban ini meningkat lebih dari 43%, dari Rp19 triliun pada 2019 menjadi Rp32 triliun pada 2023.
Sebagai langkah pencegahan, CISDI mendorong pemerintah untuk segera mengimplementasikan pelabelan gizi di bagian depan kemasan (Front-of-Package Labeling/FOPL) serta menerapkan cukai atas MBDK. Kedua kebijakan ini dinilai penting untuk menekan konsumsi GGL dan mencegah lonjakan penyakit tidak menular.