“Prajurit bisa saja emosi tinggi dan bertindak di luar kendali. Karena itu, saat rekan-rekan jurnalis meliput, komunikasi dengan pimpinan unsur TNI yang ada di lapangan sangatlah krusial,” kata Kolonel Syawaludin.
Terkait insiden kekerasan yang terjadi terhadap jurnalis di Sorong beberapa waktu lalu, Kolonel Syawaludin mengakui bahwa kejadian tersebut memerlukan evaluasi lebih lanjut.
“Kami selalu ada briefing awal untuk anggota TNI di lapangan, dan kami memahami bahwa masih ada yang belum mengerti kebebasan pers. Ini menjadi evaluasi bagi kami di TNI,” jelasnya.
Kolonel Syawaludin juga menggarisbawahi pentingnya koordinasi antara TNI dan media. Ia menegaskan bahwa untuk memastikan keselamatan jurnalis dan keakuratan informasi yang disampaikan, komunikasi yang baik antara kedua pihak harus dibangun.
“Saya meminta tolong agar koordinasi dan komunikasi terus dibangun, terutama di Papua dan Papua Barat Daya, agar kita bisa mengantisipasi kekerasan dan melindungi jurnalis di lapangan,” katanya.