HASANAH.ID – PARONGPONG. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Sarimukti, Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat kembali hambat distribusi dan pelayanan pengangkutan sampah yang ada di wilayah Bandung Raya (Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung).
Ribuan ton sampah tidak bisa di angkut ke TPA Sarimukti akibat akses jalan menuju TPA Sarimukti amblas.
Kondisi saat ini, antrean truk pengangkut sampah masih mengular di jalan menuju TPA. Kondisi tersebut menuai keluhan warga yang aktivitasnya terganggu dan terpaksa menghirup bau tak sedap dari truk-truk yang mengalami kemacetan tersebut.
Bau tak sedap juga dikeluhkan warga di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) tingkat RW di permukiman masyarakat Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong.
Seperti yang disampaikan Komunitas Kabut Indonesia, Dani saat memantau lokasi TPS di sejumlah pemukiman di kawasan Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Menurut Dani, masyarakat sudah mulai resah akibat tumpukan sampah di TPS tidak diambil petugas UPT Dinas Lingkungan Hidup KBB sejak satu bulan lalu sehingga timbul tumpukan baru di lokasi pemukiman.
“Kami melakukan sosialisasi dan pemantauan di TPS kawasan Desa Cihideung, setidaknya ada tiga RW yang mengeluhkan jika sampah di lingkungannya sudah satu bulan lebih tidak diangkut petugas,” ujar Dani saat dikonfirmasi, Rabu 18 Januari 2023.
Menurut Dani, pihaknya telah mempertanyakan penyebab tidak ditariknya sampah dari TPS ke TPA.
“Kami telah mempertanyakan kepada pihak pemerintah Kabupaten Bandung Barat melalui UPT Dinas Lingkungan Hidup terkait tidak dilayaninya pengangkutan sampah di tingkat warga, mereka menyebutkan jika kendala terjadi akibat minimnya jumlah armada di KBB, serta masih terjadi antrian di TPA Sarimukti,” jelasnya.
Dani menambahkan, pemerintah KBB memang saat ini sangat kekurangan armada, pasalnya dari 16 Kecamatan di KBB, pemerintah hanya memiliki 38 armada.
“Kekurangan armada ini menjadi salah satu faktor terlambatnya pelayanan, bisa dibandingkan jika kota Cimahi dengan tiga kecamatan saja bisa memiliki armada angkut sebanyak 35 unit, sementara KBB hanya memiliki 38 unit, dan tidak semua aktif,” imbuhnya.
Disinggung bagaimana penanganan yang tepat untuk mengatasi persoalan sampah, Dani bersama komunitas dan pegiat lingkungan hidup telah melakukan berbagai upaya meminimalisir volume sampah di tingkat masyarakat.
“Kami dari Komunitas Kabut Indonesia bersama para pegiat lingkungan tentu saja terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat bagaimana sampah bisa ditangani di tingkat Individu, namun untuk kondisi mendesak seperti saat ini kami mendesak pemerintah untuk segera menambah armada dalam bentuk atau cara apapun agar sampah di masyarakat bisa dilayani secepatnya sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar pemukiman,” ujarnya.
Hal lain yang harus diperhatikan kondisi saat ini adalah adanya kasus pemindahan sampah dari TPS ke lokasi diluar Kabupaten Bandung Barat.
“Hal buruk lainnya saat ini adalah adanya laporan terjadinya pemindahan sampah oleh masyarakat di suatu TPS ke lokasi atau di luar KBB, seperti ke daerah Garut, hal ini tentunya akan menjadi persoalan baru,” pungkasnya. (Uwo)***