Internasional

Mahathir Mohamad Desak PM Anwar Ibrahim Mundur, Kritik Kepemimpinan dan Pengampunan Masa Lalu

Hasanah.id – Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyerukan agar Perdana Menteri Anwar Ibrahim segera mengundurkan diri dari jabatannya. Pernyataan tersebut disampaikan Mahathir melalui akun media sosial X, Selasa (23/7), dalam rangkaian unggahan berisi 11 poin kritik terhadap kepemimpinan Anwar.

Dalam pernyataannya, Mahathir menyebut bahwa seruan pengunduran diri Anwar berasal dari aspirasi masyarakat, khususnya di Alor Setar. Ia menilai Anwar tidak memiliki legitimasi penuh karena menurutnya, Anwar menjadi perdana menteri bukan berdasarkan kemenangan pemilu, melainkan melalui koalisi dengan partai-partai yang juga kalah dalam pemilihan umum.

“Rakyat telah menuntut Anwar untuk mundur dari jabatan Perdana Menteri. Ini adalah seruan dari rakyat di Alor Setar,” tulis Mahathir.

Tokoh yang kini berusia 100 tahun itu juga mempertanyakan keabsahan pengampunan yang diterima Anwar pada 2018, yang membuatnya kembali aktif dalam dunia politik.

“Pengampunan Anwar diberikan saat saya menjabat sebagai Perdana Menteri. Saat itu saya mengikuti saran, dan saya yakin keputusan itu benar. Namun kini, ada keraguan mengenai legalitasnya,” ujar Mahathir.

Ia menambahkan bahwa Anwar seharusnya tidak lagi mencalonkan diri dalam pemilihan umum mendatang, merujuk pada berbagai kritik terhadap integritas dan janji politik Anwar yang menurutnya tidak ditepati.

“Janji reformasi kini hanya menjadi bahan tertawaan. Banyak rakyat merasa kecewa karena merasa dibohongi,” ucapnya.

Mahathir juga menuding Anwar melakukan praktik nepotisme dan kronisme dalam pemerintahan saat ini. Ia menilai tuduhan yang dulu diarahkan kepadanya kini justru dilakukan oleh Anwar secara terbuka.

Sebelumnya, sejumlah pihak dari kubu oposisi juga telah menyerukan pengunduran diri Anwar, dengan alasan kegagalan dalam mengelola pemerintahan. Namun Anwar menolak tuntutan tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada pelanggaran hukum atau praktik korupsi dalam kepemimpinannya.

Back to top button