
“Bahkan di samping mayat marsinah ada foto dirinya, itu seperti menandakan ancaman dari seseorang atau negara jika melakukan aksi protes akan seperti ini nasibnya. Hal itu sangat keji,” ungkap Juminisih.
Menurutnya apa yang terjadi terhadap marsinah itu merupakan sebuah tindakan keji yang sistematis untuk membungkam suara-suara butuh. Marsinah bukan hanya sekedar korban dari pembunuhan karena Ia pejuang upah, pejuang HAM dan pejuang demokrasi di masa otoriter Soeharto.
Ia dan teman-temannya di pabrik tidak baik-baik saja seperti yang selalu digaungkan oleh Soeharto saat itu untuk stabilitas politik. Mereka menyampaikan 12 tuntutan dan diterima oleh
” Ia ingin menunjukkan bahwa perempuan punya posisi kepada publik, perempuan punya kekuatan, perempuan dapat memimpin dan membawa perubahan hingga terlibat aktif mogok dan bersolidaritas dan tuntutannya hampir seluruhnya diterima,” pungkasnya.