Kehidupan seorang guru ngaji Ade Jaenudin (48) sangat memprihatinkan, betapa tidak Ade yang diketahui warga Kampung Babakan Sirna RT (4/4) Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak harus rela tidur di Gubuk Reyot yang berukuran 2 kali 5 meter. Kondisi bangunan yang sudah tidak berbentuk rumah jelas sangat memprihatinkan. Terlebih, jika turun hujan gubuk tersebut bocor, sebab atap rumah terbuat dari jerami dengan dinding bilik bambu.
“Saya tinggal disini baru satu tahun karena tidak memiliki rumah akhirnya terpaksa tinggal disini,” kata Ade, Selasa (4/9).
Lebih lanjut Ade mengatakan, rumah yang ditempatinya saat ini berada dilahan eks HGU PT Tenjojaya Cibadak dengan dihuni sebanyak tiga jiwa istri dan anaknya. Namun, terkadang anaknya menginap di rumah milik neneknya yang keberadaanya cukup jauh dari tempat tinggalnya tersebut. “Saya hanya tinggal dengan anak dan istri saya. Tapi, anak saya terkadang tinggal bersama neneknya,” ujarnya.
Sementara sambung Ade, mata pencaharian sehari harinya hanya mengandalkan dari hasil memulung rongsokan atau usaha serabutan lainnya. Hal itu, dilakukan guna memenuhi kebutuhan keluarga. “Saya sehari-hari selain berkebun juga mencari rongsokan untuk menambah penghasilan,” tuturnya.