
“Buah merah sama sagu lebih cocok dibandingkan kelapa sawit dan food estate. Buah merah sekarang banyak digunakan untuk pengobatan dan sagu bisa menjadi keanekaragaman pangan dibandingkan nasi. Hal itu lebih kultural dan cocok atas segi tanah untuk Papua,” kata Cahyo.
Ia juga mengatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di tanah Papua itu semakin tahun semakin rendah terutama masyarakat asli di kabupaten. Jika IPM yang tinggi di kota-kota seperti Jayapura itu kebanyakan bukan masyarakat Papua asli.
Cahyo mengatakan bahwa pembangunan tanpa melihat sosial dan budaya masyarakat asli Papua membuat nilai-nilai pada mereka rubuh tergerus pembangunan. Mereka semakin terpinggirkan, miskin dan menderita karena pembangunan tidak sesuai.
“Dari tahun ke tahun membaca laporan pusaka tidak ada perbaikan bahkan situasinya semakin memburuk di tanah Papua,” pungkasnya.







