
Menurut Luki, ketidaktahuan dan keterbatasan pengetahuan sering kali menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, pengetahuan harus ditingkatkan dan advokasi tidak boleh berhenti.
“Personil di seluruh Indonesia tidak boleh bosan untuk melakukan kampanye, baik kepada tenaga kesehatan maupun masyarakat,” tambahnya.
Luki menegaskan perlunya sinkronisasi dan pendekatan komprehensif dalam penanggulangan HIV/AIDS.
“Kita perlu menguatkan sumber daya manusia maupun sumber daya lain, serta melakukan upaya inovatif dalam sistem kesehatan. Penelitian yang mengetahui kebutuhan kelompok rentan akan memberikan langkah strategis bagi Kementerian Kesehatan untuk merumuskan kebijakan yang tepat,” jelasnya.
Standar pelayanan minimal bidang kesehatan terkait dengan screening dini HIV juga menjadi perhatian.
“Tanggung jawab pemerintah daerah penting, namun perlu dukungan dari sektor non-kesehatan seperti pendidikan, agama, dan keamanan. Kerjasama multi-stakeholder dengan tujuan yang sama sangat diperlukan,” tegas Luki.
Diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS masih tinggi di Indonesia.