Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko meyakini Ratna Sarumpaet bukan pelaku tunggal drama kebohongan penganiayaan. Ia juga tak percaya Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak mengetahui soal skenario kebohongan itu.
“Apa yang terjadi dengan kasus Ratna sepertinya bukan sebuah kesalahan atau kekeliruan, tapi suatu kehebohan yang diciptakan. Karena memang orang mau dikacaukan dengan kabar palsu. Jadi saya tidak percaya bahwa Ratna Sarumpaet adalah pelaku tunggal,” kata Budiman di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/10/2018).
Ia meyakini hoax Ratna tidak sesederhana kebohongan seorang ibu kepada anak. Isu Ratna dianiaya dinilainya cukup terukur hingga akhirnya ramai di publik.
Ia membandingkan kasus kebohongan Ratna ini dengan hoax-hoax yang muncul menjelang pilpres di Amerika Serikat (AS) lalu. Budiman menyebut strategi itu dinamakan ‘Firehose of Falsehoods’.
“Karena fenomena menggunakan kutipan sebuah peristiwa yang tidak bisa dicek kebenarannya kemudian digoreng lagi memang adalah fenomena untuk mengeksploitasi dan memanipulasi sifat emosional orang. Dan itu memang sudah dipetakan,” ucapnya.
Tak hanya itu, Budiman lalu mengungkit soal kekalahan Basuki T Purnama (Ahok) pada Pilgub 2017. Ini terkait dengan kasus penistaan agama yang membelit Ahok.
“Kita melihat ada sebuah fenomena aneh di mana kutipan potongan media itu bisa dipakai untuk memobilisasi dukungan maupun sikap anti terhadap figur tertentu, waktu itu Ahok,” sebut Budiman.
“Ternyata itu memang adalah kerja dari sebuah perusahaan, sebuah teknologi yang dinamakan Cambridge Analytica. Dan saya datangi orang-orang di Cambridge. Saya datangi mahasiswa-mahasiswa yang belajar dari dosennya, otak dari Cambridge,” tambah Budiman.
Ia lalu menyebut sejumlah nama di kubu Prabowo-Sandiaga yang menyebar isu penganiayaan Ratna Sarumpaet. Mereka, dinilai Budiman, mengeksploitasi kabar tersebut dengan memanfaatkan kekuatan media.
“Orang-orang sekitar Pak Prabowo, mulai dari Pak Djoko Santoso, Amien Rais, Fuad Bawazier, Rocky Gerung, Hanum Rais, Rachel Maryam, Fadli Zon, dan lain-lain yang kemudian mengeksploitasi lewat medsos dan menciptakan ketakutan bahwa aku juga bisa mengalami hal seperti yang Ibu RS alami,” urai dia.
“Apakah mereka semua adalah korban? Patut diduga tidak. Karena itu adalah sebuah fenomena yang kita tangkap terjadi juga waktu Pilpres AS dan terjadi beberapa waktu lampau waktu Pilkada DKI bahwa seolah-olah ada seorang Tionghoa yang memaki-maki waktu itu Pak TGB di bandara. Nggak bisa dilacak, yang penting sudah beredar,” imbuh Budiman. news.detik.com