Sorawatu berasal dari istilah bahasa Sunda yakni Sora yang artinya suara, dan watu yang berarti batu. Cara memainkannya serupa dengan gamelan yakni dipukul.
Baron, pegiat komunitas seni Kirik Nguyuh yang juga pembuat gamelan sorawatu di Kampung Girimukti menjelaskan, alat musiknya kerap dimainkan di berbagai acara kebudayaan lokal di Kabupaten Majalengka.
Bahkan beberapa tahun lalu, dirinya bersama para remaja pegiat seni pernah diundang di acara festival gamelan di Kota Yogyakarta.
“Sorawatu ini pernah terlibat di Jogja Gamelan Festival, kemudian kami juga pernah terlibat di acara Bukan Musik Biasa, termasuk meramaikan acara musik daerah yang diadakan oleh Kementerian Ekonomi Kreatif hingga bermain bersama Kemendikbud,” kata Baron.
Menurut Baron, alat musik yang pertama dikenalkan tahun 2018 ini memiliki pesan tersendiri saat dimainkan oleh nayaga (penabuh gamelan). Sorawatu dikatakan sebagai alat musik yang hidup, karena menimbulkan bunyi kendati berasal dari bongkahan batu andesit.