Angklung adalah alat musik tradisional yang banyak berkembang di daratan Sunda (Jawa Barat). Alat musik yang terbuat dari bambu ini dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyangkan.
Suara dari Angklung dihasilkan dari benturan tabung bambu. Bunyinya khas yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran.
Konon, kata Angklung berasal dari bahasa Sunda yaitu “angkleung-angkleungan” yang menggambarkan gerak tubuh para pemain Angklung yang berayun seiring dengan iramanya.
Ada juga yang mengatakan kata Angklung berasal dari bunyi “klung” yang keluar dari Angklung tersebut.
Pemujaan Dewi Sri
Angklung telah ada sebelum zaman Hindu ada di Indonesia. Pada zaman kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16), Angklung menjadi alat musik yang selalu di gunakan di berbagai acara atau perayaan, khususnya acara adat dalam bercocok tanam.
Pada masa tersebut, Angklung dimainkan sebagai pemujaan kepada “Dewi Sri” yaitu Dewi Padi atau Dewi Kesuburan agar diberikan berkah pada tanaman yang di tanamnya dan juga kesejahteraan dalam kehidupan.