Pada tiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian, konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan.
Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor.
Selain nadanya berbeda-beda, jenisnya juga bermacam-macam, di antaranya Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Dogdog Lojor, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Gubrag, dan Angklung Badeng.
Dalam perkembangannya, kesenian angklung tidak hanya dijadikan sebagai alat musik pada perayaan bercocok tanam saja, namun juga sebagai kesenian musik seperti orkestra.
Alat musik Angklung juga telah menjadi salah satu alat musik tradisional kebanggaan masyarakat di Jawa Barat.
Tidak hanya itu, Kesenian Angklung ini juga telah di akui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia, bahkan dikolaborasikan dengan berbagai instrumen tradisional dan budaya dari daerah dan negara lain.