Retorika Trump Picu Ketegangan, Rusia Singgung Ancaman Perang Dunia III

Hasanah.id — Pernyataan keras dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin memicu respons tajam dari pihak Kremlin. Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, bahkan melontarkan peringatan soal potensi terjadinya Perang Dunia III.
Komentar tersebut bermula dari unggahan Trump di platform Truth Social pada Minggu (25/5/2025). Dalam unggahannya, Trump menyebut Putin sebagai sosok yang “gila” atas serangan udara Rusia di Ukraina yang menewaskan sedikitnya 13 orang.
“Dia benar-benar gila. Membunuh begitu banyak orang tanpa alasan,” tulis Trump.
Mantan presiden yang kini kembali menjabat sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat itu juga mengklaim bahwa tanpa perannya, Rusia akan menghadapi “kehancuran yang sangat besar”.
“Putin tidak menyadari bahwa jika bukan karena saya, situasi di Rusia akan jauh lebih buruk. Dia sedang bermain dengan api,” tambah Trump.
Pernyataan itu mendapat tanggapan keras dari Medvedev. Lewat pernyataan publiknya, ia menegaskan bahwa ancaman terbesar yang mungkin terjadi adalah konflik global berskala besar.
“Saya hanya tahu satu hal yang benar-benar buruk—Perang Dunia Ketiga. Saya harap Trump mengerti itu,” ujar Medvedev.
Pernyataan tersebut segera memicu kecaman dari sejumlah tokoh di Washington. Keith Kellogg, perwakilan khusus AS untuk urusan Ukraina, menyebut komentar Medvedev sebagai bentuk penyebaran ketakutan yang tidak bertanggung jawab.
“Menyebut-nyebut Perang Dunia III adalah retorika yang sembrono dan tidak pantas bagi kekuatan besar dunia,” tulisnya di akun X, seraya menekankan bahwa Trump sedang berupaya mengakhiri konflik dan mendorong terciptanya gencatan senjata.
Di tengah ketegangan retorik itu, diplomasi tetap berjalan. Dua pejabat Kedutaan Besar Amerika Serikat tercatat hadir dalam forum keamanan internasional yang digelar di Moskwa, Rabu (29/5/2025).
Kehadiran Eric Jordan (Konselor Urusan Politik dan Ekonomi) dan Jeremy Ventuso (Sekretaris Kedua) menjadi yang pertama dari perwakilan AS sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Presiden Vladimir Putin yang membuka forum tersebut menyampaikan bahwa pendekatan Rusia dalam kebijakan keamanannya, termasuk yang berkaitan dengan konflik Ukraina, tetap konsisten.
Pengamat politik dari King’s College London, Sam Greene, menilai kehadiran diplomat AS di Moskwa sebagai sinyal kecil dari Washington.
“Langkah ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk menjajaki normalisasi hubungan, meski lewat jalur terbatas,” kata Greene.