Serangan Drone Guncang Irak: Bandara Arbil dan Ladang Minyak Jadi Target

Hasanah.id– Tiga serangan drone mengguncang wilayah Kurdistan, Irak, dalam rentang waktu kurang dari 24 jam pada Senin (14/7/2025), menargetkan infrastruktur strategis termasuk Bandara Internasional Arbil dan ladang minyak Khurmala. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, insiden ini kembali menyoroti meningkatnya ancaman terhadap stabilitas keamanan di wilayah utara Irak.
Menurut pernyataan resmi dari Dinas Kontraterorisme Kurdistan, sebuah drone bermuatan bahan peledak berhasil dijatuhkan di dekat Bandara Arbil pada pukul 02.20 dini hari. Tidak ada kerusakan atau korban dilaporkan.
Serangan lanjutan terjadi malam harinya, ketika dua drone lainnya menghantam fasilitas minyak Khurmala pada pukul 20.20 dan 20.25 waktu setempat. Serangan ini menyebabkan kerusakan material, namun tidak menelan korban. Komando Operasi Gabungan Irak membenarkan serangan tersebut dan menyatakan tengah melakukan penyelidikan bersama aparat keamanan Kurdistan.
“Koordinasi sedang dilakukan untuk mengungkap pelaku serangan dan memastikan keamanan fasilitas vital,” demikian bunyi pernyataan otoritas militer Irak, dikutip Selasa (15/7).
Hingga saat ini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut. Namun, pola serangan serupa telah terjadi sebelumnya. Pada awal Juli, drone juga dilaporkan jatuh di dekat Bandara Arbil, yang diketahui menjadi lokasi kehadiran pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Pada insiden sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri Kurdistan sempat menuding Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) sebagai pelaku, meskipun klaim tersebut dibantah oleh Pemerintah Federal di Baghdad. PMF adalah aliansi kelompok bersenjata pro-Iran yang kini berada di bawah komando resmi militer Irak.
Bandara Arbil dan fasilitas energi di sekitarnya memang telah lama menjadi titik rawan, sering menjadi sasaran dalam konflik proksi antara kekuatan regional.
Kendati begitu, Irak dalam beberapa tahun terakhir berupaya memulihkan stabilitas setelah dekade panjang konflik bersenjata dan ketegangan politik.