HASANAH.ID, KOTA BANDUNG – Perjuangan perempuan memiliki akar sejarah yang panjang, berawal dari kematian pejuang-pejuang perempuan di Eropa yang memicu perlawanan terhadap ketidakadilan. Hari ini, refleksi itu diterjemahkan dalam berbagai aksi untuk mengingatkan bahwa kondisi perempuan, baik di sektor ekonomi, politik, maupun budaya, masih jauh dari kata ideal.
Ainul Mardiah, salah satu dari Front Mahasiswa Nasional (FMN) Universitas Pendidikan Indonesia menjelaskan bahwa perempuan masih menghadapi diskriminasi di berbagai sektor.
Di bidang ekonomi, upah perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, tanpa adanya tunjangan khusus meskipun perempuan memiliki kebutuhan spesifik yang sering diabaikan.
Di bidang politik, keterlibatan perempuan dalam pemerintahan hanya sekitar 30%, angka yang masih minim untuk representasi yang setara. Selain itu, stigma bahwa perempuan tidak cocok menjadi pemimpin masih sangat kuat, bahkan di lingkungan kampus.