Ia juga mengatakan hal itu menyebabkan adanya perbedaan suhu antara malam dan siang sangatlah besar dan Racaekek tiba-tiba berubah menjadi kawasan bertekanan rendah. Kondisi seperti ini dimulai sejak 19 Februari 2024 dan massa uap air berkumpul dari berbagai penjuru.
Eddy menambahkan prosesnya terjadi agak lama, sekitar 24-48 jam. Diawali dengan pembentukan bayi awan-awan Cumulus lalu lambat laun membesar dan membentuk kumpulan awan-awan Cumulonimbus. Setelah bersatu siap untuk diputar hingga membentuk pusaran besar.
“Mekanismenya cukup kompleks untuk dijelaskan secara rinci, namun dugaan kuat pusaran ini terjadi akibat adanya pertemuan dua massa uap air, dari arah barat dan timur, lalu diperkuat dari arah selatan Samudera Indonesia. Ketiganya berkumpul di satu kawasan yang memang telah mengalami degradasi panas yang cukup tajam,” jabar Eddy.