“Jadi dugaan saya adalah burung-burung pipit tersebut keracunan dari pestisida tersebut,” tutur Prawono Meruanto, Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali.
Namun demikian, perubahan drastis iklim pun berperan dalam kematian massal hewan. Misalkan kasus matinya ikan koi di kolam terbuka saat hujan pertama kali turun atau matinya ribuan ikan dalam keramba akibat naiknya (up wheeling) endapan bahan kimia, atau cuaca panas dan kemudian tiba tiba turun hujan.
Hingga kini, BKSDA Bali melalui Resort Gianyar telah memeriksa lokasi koloni burung pipit mati tersebut di Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Pemeriksaan dilakukan pagi hari sekitar pukul 09.00 Wita bersama Dinas Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar.
Dalam pemeriksaan lokasi tersebut, pihaknya juga mengambil sample bangkai dan kotoran burung untuk dibawa ke Laboratorium Kesehatan Hewan guna mencari tahu penyebab kejadian tersebut.
Saat mencari makan, kata dia, burung pipit pasti bergerombol dari ratusan sampai ribuan ekor. Ukuran burung yang kecil menyebabkan kecenderungan berkoloni dalam jumlah besar untuk mengurangi risiko terhadap predator.