Masih dikatakan dia, tantangan untuk menangkal berita hoaks di momen menjelang pilkada serentak 2024 ialah kebiasaan masyarakat yang membuka media sosial hampir setiap jam. Namun, mereka tergolong jarang membuka portal berita sehingga potensi untuk terpapar hoaks cukup tinggi karena minimnya minat membaca masyarakat.
“Netizen juga biasanya berkomentar tanpa membaca keterangan atau caption dari sebuah unggahan di media sosial,” katanya.
Hal yang menjadi tantangan bagi Diskominfo Kabupaten Majalengka untuk mempunyai formula penulisan caption yang pendek tetapi informasinya tersampaikan kepada masyarakat.
Pihaknya mengingatkan, peran media harus berpihak kepada masyarakat sehingga mengetahui para calon yang maju dalam pilkada serentak 2024 dan bisa menentukan pilihannya.
“Upaya ini untuk mencegah agar media tidak terkecoh terhadap narasi yang dibangun buzzer dan disebarkan secara masif di media sosial,” tutup Ghiok.
Ketua PWI Majalengka Pardi Pai Supardi menambahkan di antara cara menangkal hoax adalah hati-hati dengan judul provokatif yang seringkali menggunakan judul sensasional.