Kasus ini berkaitan erat dengan periode pasca pemilu Oktober 2022, di mana Bolsonaro kalah dari rivalnya, Presiden Luiz Inácio Lula da Silva. Pada 8 Januari 2023, pendukung garis keras Bolsonaro menyerbu gedung pemerintahan di Brasília, menciptakan kekacauan yang menurut jaksa bisa dijadikan dalih untuk intervensi militer.
Hakim Alexandre de Moraes menyebut peristiwa tersebut sebagai “upaya kudeta yang brutal dan sistematis”. Sementara itu, Jaksa Agung Paulo Gonet mengungkap fakta mengejutkan: polisi menemukan adanya rencana pembunuhan terhadap Lula dan beberapa hakim Mahkamah Agung.
Operasi yang dinamakan “Green and Yellow Dagger” itu diduga melibatkan penggunaan racun dan bahan peledak. Namun, rencana tersebut gagal karena mereka tidak berhasil merekrut panglima angkatan darat.
Sejumlah analis politik menilai bahwa Bolsonaro akan sulit menghindari hukuman. Satu-satunya harapan baginya adalah kemenangan sekutu sayap kanannya dalam pemilu mendatang, yang berpotensi membukakan jalan bagi pemberian amnesti.