Pergeseran norma sosial dianggap sebagai penyebab utama tren ini. Data pemerintah menunjukkan bahwa semakin banyak perempuan usia produktif (25-34 tahun) yang memilih untuk tetap melajang. Selain itu, tingkat kesuburan di kalangan perempuan berusia 20-an juga mengalami penurunan signifikan, menyumbang sekitar 32 persen dari penurunan TFR keseluruhan. Meski ada sedikit pemulihan pada tahun 2023, tren ini tetap menjadi tantangan besar bagi negara tersebut.
Di tengah ancaman demografis, Singapura terus memanfaatkan teknologi untuk mengurangi dampaknya. Dengan 770 robot industri per 10.000 pekerja, Singapura menempati posisi kedua dunia dalam hal kepadatan robot industri, menurut data International Federation of Robotics. Kemajuan ini membantu negara tersebut mengatasi kekurangan tenaga kerja, terutama dalam sektor-sektor dengan biaya tenaga kerja tinggi dan skala manufaktur kecil.
Elon Musk, yang juga berinvestasi besar dalam pengembangan robot humanoid untuk tugas-tugas repetitif dan berbahaya, optimis bahwa robotika dapat menjadi solusi atas tantangan demografi yang semakin kompleks.