Sebab, jumlah spesimen yang diperiksa menggunakan Whole Genome Sequence (WGS) masih sangat terbatas. Laboratorium yang difasilitasi pemerintah menurutnya juga berada di kisaran 10 saja. Ia menilai Indonesia masih berjalan di atas peta buta untuk mengetahui kondisi varian sesungguhnya.
“Masalahnya begini, varian ini kita harus lihat data klinis dari WGS, sementara laboratorium kita tidak sampai 10, dan tidak semua provinsi. Jadi kita seperti berjalan dalam gelap atau mata tertutup untuk mendeteksi masalahnya apa,” kata Aman.
Untuk itu, Aman mendesak agar pemerintah memperbanyak fasilitas laboratorium pemeriksaan WGS, serta lebih transparan dalam menyajikan data temuan kasus-kasus varian mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah teridentifikasi di sejumlah daerah Indonesia.
Ia menyebut transparansi itu perlu dilakukan agar publik memahami penuh pemetaan wilayah varian sehingga mereka lebih waspada lagi. Pun pemerintah daerah menurutnya dapat memiliki sikap untuk menentukan kebijakan antisipatif selanjutnya.**