IHSG Melemah 0,71 Persen ke 8.584, Pasar Saham Lesu Jelang Libur Panjang

Hasanah.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berakhir di zona negatif pada perdagangan Selasa (23/12/2025). Berdasarkan data RTI Business, IHSG terkoreksi 0,71 persen atau turun 61 poin ke posisi 8.584,78.
Dari total emiten yang diperdagangkan, sebanyak 373 saham mengalami penurunan harga, 275 saham menguat, sementara 157 saham stagnan. Sektor industri tercatat menjadi penopang dengan kenaikan tertinggi sebesar 2,58 persen, sedangkan sektor properti dan real estat menjadi pemberat utama dengan pelemahan 1,24 persen.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas memaparkan, pelemahan indeks hari ini disebabkan oleh meningkatnya sikap waspada pelaku pasar di tengah periode perdagangan yang lebih singkat menjelang libur Natal.
“IHSG melemah karena para pelaku pasar berhati-hati seiring pekan perdagangan yang lebih singkat menjelang libur Natal. Pasar saham tutup pada hari Kamis dan Jumat,” kata Tim Pilarmas Investindo Sekuritas.
Selain faktor musiman, pasar juga masih menunggu kepastian kebijakan pengupahan di sejumlah daerah. Isu ini dinilai berpotensi mempengaruhi sentimen karena perdebatan antara pengusaha dan serikat pekerja terkait formula upah 2026 yang diusulkan pemerintah.
“Pengusaha dan Serikat Pekerja beralasan, minimnya konsultasi dalam menentukan formula upah tersebut. Selain itu, formula yang ditetapkan tidak sesuai dengan kondisi ekonomi saat ini,” jelas Tim Pilarmas.
Sepanjang sesi perdagangan, saham-saham unggulan dalam indeks LQ45 juga cenderung tertekan. Emiten seperti DSSA, BRPT, BUMI, UNVR, dan SCMA menjadi kontributor terbesar penurunan.
Total volume transaksi mencapai 41,87 miliar lembar saham dengan frekuensi perdagangan sebanyak 2,76 juta kali. Nilai transaksi mencapai Rp25,61 triliun, sedangkan kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp15.717,94 triliun.
Di sisi regional, mayoritas bursa Asia justru ditutup menguat. Kepercayaan investor didorong oleh penguatan kontrak berjangka saham Amerika Serikat serta pulihnya saham-saham teknologi global setelah periode volatilitas yang cukup panjang.
Menurut Tim Analis Pilarmas, harapan terhadap pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Federal Reserve (Fed) serta potensi stimulus tambahan dari pemerintah Tiongkok turut menopang sentimen positif di pasar global.
“Selain itu, ada harapan pemangkasan suku bunga lanjutan oleh Fed serta minimnya katalis besar yang mampu menggerakkan pasar. Pelaku pasar juga mencermati pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok di tengah harapan tambahan stimulus dari pemerintah,” ujar Tim Analis Pilarmas menutup kajiannya.







