Berita

INA ‘Melipatgandakan’ atau ‘Menyesatkan’?

Maka kalau laporan INA mencampur aduk semuanya, itu bukan pencapaian. Itu pencitraan.

Audit belum ada, tapi narasi klaim sudah mengudara

Sampai hari ini, BPK belum melakukan audit kinerja terhadap efektivitas investasi INA. Baru audit keuangan saja.

Tidak ada laporan resmi soal multiplier effect, berupa serapan tenaga kerja, efek fiskal, atau penguatan sektor produktif.

Detail proyek juga tidak lengkap di situs INA, padahal UU Keterbukaan Informasi Publik No. 14/2008 pasal 13 mewajibkan itu.

Yang ada hanya narasi ‘INA sudah investasi di infrastruktur, digital, dan kesehatan.’ Tapi proyek mana? Nilai berapa? Imbal hasil berapa persen?

Belum bangun Kertajati, sudah dianggap sukses?

INA bangga menyebut proyek strategis seperti kolaborasi dengan Qatar Airways untuk bandara Kertajati. Tapi cek dulu faktanya, apakah proyek itu baru tahap MoU! Bisa-bisa kontraknya belum jalan!

Apakah ini bentuk investasi? Atau bentuk jualan citra dengan label internasional?

Risiko sistemik, siapa awasi INA?

Yang lebih berbahaya adalah struktur pengawasnya. Komite Pengawas INA diisi oleh Menteri Keuangan, Menteri BUMN, dan Menteri ESDM. Tapi INA juga investasi di Pelindo, PLN, bahkan GoTo.

Previous page 1 2 3 4 5Next page
Back to top button